5.04.2009

Helaan Nafas

ku hanya bisa menghela nafas panjang tuk mengobati jiwaku yang mulai rapuh ini...
waw...
entah ini hal yang tarburuk atau yang tarbaik.
yang jelas, Allah telah memanggil kedua orangtua ku...
ayah, 20 agustus 2008...
ibu, 23 April 2009...
singkat kata, aku kehilangan dua orang yang amat berarti dihidupku ini di umurku yang ke 16 tahun.
kenyataan terpahit yang ku alami adalah, 9 hari sebelum "sweet seventeen" ku, aku harus rela melihat ibu ku menghela nafas terakhirnya di Rumah SAkit Dr. M. Djamil (Padang) karena sakit komplikasi Kanker Rahim dan Ginjal ( Ca Cerviks dan CKD).
analisa 4 dokter ahli menyimpulkan, bahwa sakit ibu ku sudah parah, sakit ginjalnya sudah sampai di stadium 5 dan kankernya sudah sampai di stadium 3. awalnya ibu ku "only" sakit kanker rahim, namun tak disangka, pertumbuhan sel kanker itu menghimpit 2 saluran urin (ureter), sehingga urin yang dihasilkan oleh ginjal tidak dapat dialirkan ke uretra. dan karena itu kadar ureum ibu ku naik drastis mencapai angka 453. dan akibatnya ibu koma !

21 april kadar ureum ibu mencapai puncak, dan membuat ibu kejang untuk kedua kalinya. mulanya kejang itu terjadi dalam jangka waktu 12 jam (berkat bantuan "diazepam" yang diinjeksikan 1,5 cc setiap kali kejang). namun entah kenapa, pada tanggal 23 april jam 6 pagi, ibu kejang hanya dalam waktu 15 menit. diazepam pun terus disuntikkan melalui pembuluh darah ibu yang sudah rapuh dikarenakan kadar ureum yang tinggi tadi. tak sedikit pembuluh darah tangan dan kaki ibu yang peceh karenanya. dan puncaknya pada jam 11 kurang 15 menit, nafas ibu terhenti, dan pada jam 11 kurang 10 menit, denyut jantung ibu menghilang untuk slama-lamanya...

ibu pergi dihadapanku... dipelukan kakakku...



sesak nafas ku melihat kanyataan yang baru saja terjadi ini...
badanku lemah, ku hanya bisa duduk termenung melihat ibuku sudah terbujur kaku...
air mataku sudah tidak bisa keluar lagi, karena tiap malam air mata itu jatuh dengan sendirinya tiap kali ku membayangkan kapergian ibu sebelum itu benar2 terjadi...
dokter muda (co as) dan para perawat yang masih menempuh pendidikan (akper) yang sudah mengenalku mencoba menguatkan ku... (bagaimana tidak kenal, lah wong kami udah di rumah sakit selama satu bulan ^_^)



sesekali aku tersenyum melihat wajah ibukuk yang mulai memucat.
seraya mengucapkan, "selamat tinggal ibu, selamat jalan, hati-hati dijalan, jangan fikirkan kami yang ibu tinggalkan, insyaAllah kami akan baik-baik saja, terimakasih untuk air susu yang telah kami minum ibu, semoga tiap tetesnya dapat menjadi butir mutiara disurga firdaus tempat ibu tinggal nanti"


kini saatnya aku membawa ibu pulang kerumah, segala urusan administrasi diselesaikan oleh kakak laki-lakiku, sementara aku mengemasi pakaian yang terumpuk di lemari rumah sakit. di bantu oleh para calon perawat (yang sekarang menjadi kakak angkatku) ibu diantarkan menuju ambulance untuk kemudian pulang ke Kota Bukittinggi. kakak-kakak calon perawat itu meneteskan air mata, padahal mereka (sejatinya) bukanlah siapa-siapa, tapi kenapa mereka juga ikut bersedih ? mungkin silaturrahmi yang terjalin selama satu bulan ini membuat mereka menyayangi ibu, dan tak kuasa menahan tangis saat mengantar kepergian ibu.


ambulance pun berangkat setelah salat zuhur...
2 jam kemudian kami tiba dirumah, tak kusangka... seluruh sanak famili, teman-teman ku, teman-teman abangku, juga teman-teman orangtuaku telah hadir menantikan kedatangan kami, mereka semua haru bersimbah air mata...

aku turun dan sontak mereka memelukku dengan eratnya...
kakak ibuku histeris, karena hanya beliau sekarang yang paling tua di keluarga besarku...


lalu ibu dimandikan dan kemudian disholatkan. setelah itu keranda mayatpun ibu tiduri, dan aku memikulnya dibagian kanan depan. kaki yang goyah ku paksa untuk terus berjalan mengantarkan kepergian ibu. mata yang sayu (karna tidak tidur) ku paksa untuk trus terbuka agar dapat mengantarkan kepergian ibu. badan yang menggigil kedinginan, ku paksa untuk terus tegap agar ku bisa mengantarkan kepergian ibu. ku kerahkan seluruh tenaga yang tersisa untuk mengantarkan ibu ketempat peristirahatannya yang terakhir.


aku menyaksikan dengan jelas saat2 dimana ibu perlahan masuk kedalam liang lahat yang diantarkan langsung oleh kakak laki-lakiku. minyak melati dan papan pun menyusul untuk menemani tidur ibu. sedikit demi sedikit tanah merah itu dijatuhkan sambil dipadatkan. sampai akhirnya liang itu berubah menjadi sebuah makam.

bunga-bunga ku taburkan untuk menemani ibu, juga minyak melati yang sampai sekarang aku tidak tahu apa guna dari massing-masingnya...

dan akhirnya doa dikirimkan untuk ALMARHUMAH ibuku...


semuanya selesai ???
belum !!!

sebenarnya ini semua baru dimulai !!!
kehidupan yang sebenarnya baru saja ku hadapi !




untuk kalian teman-teman yang masih mempunyai orang tua... sayangilah beliau... janganlah kalian menyakiti hati beliau... janganlah kalian menorehkan luka dibhatin beliau...
karena suatu saat nanti kalian pasti merasakan...

betapa berharganya tiap waktu dan senyuman saat kalian bersama dengan orangtua kalian...




kisah nyata dari penulis ARIF GUNAWAN




soulmate ku ada di sampingku tuk menguatkan jiwa dan ragaku yang rapuh karna ditinggal pergi, kini hanya aku dan my old brother yang tinggal di rumah...





0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan sedikit kenangan disini