5.14.2009

Selamat Jalan Hilmy, Anakku…



Tanggal 17 April 2007, dibagian otak hilmy, anak kami yang berusia 8 tahun, ditemukan adanya tumor sebesar telur puyuh. Akibat tumor ini saluran tersumbat cairan otak menumpuk, menekan otaknya sehingga terjadi gangguan penglihatan, juling, pusing, dan muntah selama 2 minggu sebelumnya. Saat itu dokter menyarankan untuk melakukan langkah pengeluaran cairan dan memasang pipa permanent menggantikan saluran yang tersumbat (vp-shunt). Namun setelah kami coba untuk mencari second opinion, dari penjelasan dokter yang lain, kami mengetahui bahwa ada kasus tertentu dimana setelah vp-shunt, tumor memungkinkan membesar dengan cepat, mengambil rongga tempat cairan otak.


Akhirnya kami memutuskan belum melakukan vp-shunt dan memilih merawat Hilmy di rumah. Ternyata keadaan Hilmy membaik, pusing dan muntahnya hilang, juling matanyapun tidak ada lagi. Meski begitu, kami terus melakukan control terhadap perkembangan penyakit Hilmy ke dokter. Tiba – tiba awal juli 2007 keadaannya menurun. Pendengarannya sedikit demi sedikit menghilang, demikian pula dengan penglihatannya. Keadaan ini agak membingungkan dokter, karena juling, pusing dan muntah sebagai ciri fanatik gangguan otak sudah tidak ada. Kami memeriksakan ke dokter saraf, mata, dan THT, namun keadaan Hilmy belum mengalami perbaikan.


Awal Agustus 2007, bagian tubuh sebelah kiri Hilmy lumpuh sehingga ia sering tersedak ketika minum. Namun dalam keadaan itu, ia tetap bersemangat untuk bisa kembali sembuh, mendengar dan melihat. Tanggal 13 Agustus 2007, Hilmy kembali di ct-scan dan hasilnya menunjukkan tumor yang sebelumnya berada ditnegah, bergeser ke belakang sehingga menekan otak kecil. Saat ini dimensi tumor tidak jauh berbeda dengan hasil pemindai 17 April 2007. Dokter menyarankan untuk melakukan vp-shunt, dan kami menyetujui.


Setelah pelaksanaan vp-shunt, di ruang ICU Hilmy sempat berkomunikasi dengan ibunya. Ia bertanya sedang berada dimana, dan bagaimana kabar adiknya. Setelah itu Hilmy dipindahkan ke ruang perawatan. Di ruang perawatan kesadaran Hilmy belum kembali. Empat hari setelah itu ia sudah dapat membuka mata, menggerakkan kaki dan tangannya karena pegal. Namun ia belum dapat bicara. Setelah itu ia sering mengalami kejang, sehingga kembali harus diberikan obat anti kejang (diazepam) yang selanjutnya menyebabkan kesadarannya menurun kembali.


Tanggal 23 Agustus 2007, Hilmy di MRI (scan) untuk persiapan pelaksanaan endoscopy. Ternyata tumor membesar 3 kali lipat dari dimensi sebelumnya. Tumor sudah menekan otak kecil, serta membengkokkan batang otak. Tampaknya kekhawatiran dokter yang kami mintai pendapat April 2007 lalu terbukti. Dokter yang menangani Hilmy menduga bahwa Hilmy berkurang kesadarannya karena tekanan tumor ke batang otak.


Setelah saya perhatikan dengan seksama, nampaknya yang dialaminya bukan kejang tetapi “mengenjan” (menahan BAB). Setelah agak memaksa, akhirnya dokter memberikan obat pencahar buat Hilmy. BAB ( Buang Air Besar ) yang sudah tersimpan lebih dari 10 hari keluar sangat banyak dan keras. Pasca BAB ini Hilmy mengalami panas tinggi ( 42 celcius ) selama 3 hari. Saya meminta dokter untuk melakukan pemeriksaan leukosit Hilmy untuk membuktikan bahwa tidak ada infeksi. Setelah hasil lab keluar, ternyata menunjukkan adanya infenksi besar terjadi pada Hilmy. Beberapa waktu kemudian Hilmy kesulitan bernafas, dan harus dilarikan ke ICU.


Beberapa hari di ICU keadaan Hilmy membaik dan bisa kembali ke ruangan. Permasalahan kembali muncul pasca BAB. Suhu badan kembali meninggi selama beberapa hari. Saya meminta dokter untuk memeriksa kemungkinan Hilmy terkena typhus. Hasil lab tubek-t keluar. Hilmy positif terkena typhus.


Pada pukul 18 sore, saat diberi makan, Hilmy muntah banyak sekali. Dini hari saat waktu sahur, keadaannya sungguh – sungguh mengkhawatirkan, sehingga ia kembali dibawa ke HCU. Nafas Hilmy sangat mengkhawatirkan. Setelah di rontgent di HCU, ternyata paru-paru Hilmy mengalami infeksi serta telah terjadi pengendapan cairan dalam rongga paru-parunya. Akhirnya Hilmy kembali ke ICU untuk diberikan bantuan nafas melalui selang yang dipasang ke saluran nafas (ETT). Selama 2 minggu di ICU keadaan Hilmy terus membaik. Namun pasca BAB yang banyak, ia kembali mengalami penurunan keadaan nafasnya. Dokter menyarankan Hilmy di tracheostomy (melubangi leher) untuk menjaga agar nafas mudah dikendalikan, pengambilan dahak pun mudah.


Malam takbiran tracheostomy dilakukan. Setelah tracheostomy keadaan Hilmy nampak membaik. Namun karena tensi masih tinggi, ia belum dapat dibawa keruangan. Tanggal 22 Oktober 2007 Hilmy kembali BAB. Tanggal 24 Oktober 2007, Hilmy drop dan koma. Keadaan nadi turun dibawah normal, tensi, tempratur juga menurun. Paru – paru Hilmy tidak dapat bekerja, sehingga harus dibantu ventilator. Tanggal 25 Oktober 2007, dokter ICU memanggil saya dan mengatakan telah terjadi kematian batang otak. Ia menganjurkan kepada saya untuk membawa Hilmy pulang ke rumah, karena dalam pandangannya Hilmy sudah meninggal secara medis.


Anjuran ini saya tolak, karena tampak masih ada nadi Hilmy, tanggal 26 Oktober 2007 hasil lab keluar, sebagian besar elektrolit darah Hilmy menurun. Secara medis, kekurangan elektrolit bisa menyebabkan menurunkan kinerja organ vital tubuh, koma bahkan kematian. Setelah elektrolit diperbaiki, keadaan Hilmy membaik. Dari hari ke hari, dosis obat pemacu jantung ditambah. Pada tanggal 3 November 2007, dosis obat yang diberikan Hilmy sudah 6 kali lipat dari batas dosis yang biasa diberikan kepada anak. Pada pukul 11, jantung hilmy tidak berdetak selama beberapa detik, namun setelah dada ditekan beberapa kali oleh perawat, Hilmy kembali merespon dengan baik. Sore hari, Hilmy kembali drop. Namun ia kembali dapat membaik pada pukul 18.25 sampai pukul 18.45. pada pukul 18.55 Hilmy tidak merespon lagi. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.


Pastilah ini yang terbaik untuk Hilmy dan kami. Ada kebahagiaan terselip di hati kami karena janji Rasulullah SAW, anak yang meninggal adalah suci bersih dan akan menjadi tabungan dan penolong orang tuanya di akhirat nanti. Kami berharap rekan – rekan berdoa : “ ya Allah, jadikanlah ia sebagai simpanan yang akan memberi syafa’at (pembelaan) yang dikabulkan. Ya Allah, tambahkanlah dengannya, timbangan kebajikan kedua orang tuanya, perbesarlah pahala mereka, dan pertemukanlah ia dengan orang – orang yang terdahulu dari orang – orang mukmin yang soleh, jadikanlah ia sebagai tanggungan Ibrahim dan lindungilah ia dengan rahmat-Mu dari azab neraka jahiim”.


Selamat jalan Hilmy. Kamu pasti akan mendapatkan teman baru, rumah baru, keluarga baru, yang lebih menyenangkan bagimu. Kalau kamu bertemu dengan Allah… sampaikan ya, ayah dan ibu ingin masuk surga sepertimu.




5 November 2007
Imam Suhadi
Patriot 135 edisi 31/November/tahunXVIII/2007


5.04.2009

Helaan Nafas

ku hanya bisa menghela nafas panjang tuk mengobati jiwaku yang mulai rapuh ini...
waw...
entah ini hal yang tarburuk atau yang tarbaik.
yang jelas, Allah telah memanggil kedua orangtua ku...
ayah, 20 agustus 2008...
ibu, 23 April 2009...
singkat kata, aku kehilangan dua orang yang amat berarti dihidupku ini di umurku yang ke 16 tahun.
kenyataan terpahit yang ku alami adalah, 9 hari sebelum "sweet seventeen" ku, aku harus rela melihat ibu ku menghela nafas terakhirnya di Rumah SAkit Dr. M. Djamil (Padang) karena sakit komplikasi Kanker Rahim dan Ginjal ( Ca Cerviks dan CKD).
analisa 4 dokter ahli menyimpulkan, bahwa sakit ibu ku sudah parah, sakit ginjalnya sudah sampai di stadium 5 dan kankernya sudah sampai di stadium 3. awalnya ibu ku "only" sakit kanker rahim, namun tak disangka, pertumbuhan sel kanker itu menghimpit 2 saluran urin (ureter), sehingga urin yang dihasilkan oleh ginjal tidak dapat dialirkan ke uretra. dan karena itu kadar ureum ibu ku naik drastis mencapai angka 453. dan akibatnya ibu koma !

21 april kadar ureum ibu mencapai puncak, dan membuat ibu kejang untuk kedua kalinya. mulanya kejang itu terjadi dalam jangka waktu 12 jam (berkat bantuan "diazepam" yang diinjeksikan 1,5 cc setiap kali kejang). namun entah kenapa, pada tanggal 23 april jam 6 pagi, ibu kejang hanya dalam waktu 15 menit. diazepam pun terus disuntikkan melalui pembuluh darah ibu yang sudah rapuh dikarenakan kadar ureum yang tinggi tadi. tak sedikit pembuluh darah tangan dan kaki ibu yang peceh karenanya. dan puncaknya pada jam 11 kurang 15 menit, nafas ibu terhenti, dan pada jam 11 kurang 10 menit, denyut jantung ibu menghilang untuk slama-lamanya...

ibu pergi dihadapanku... dipelukan kakakku...



sesak nafas ku melihat kanyataan yang baru saja terjadi ini...
badanku lemah, ku hanya bisa duduk termenung melihat ibuku sudah terbujur kaku...
air mataku sudah tidak bisa keluar lagi, karena tiap malam air mata itu jatuh dengan sendirinya tiap kali ku membayangkan kapergian ibu sebelum itu benar2 terjadi...
dokter muda (co as) dan para perawat yang masih menempuh pendidikan (akper) yang sudah mengenalku mencoba menguatkan ku... (bagaimana tidak kenal, lah wong kami udah di rumah sakit selama satu bulan ^_^)



sesekali aku tersenyum melihat wajah ibukuk yang mulai memucat.
seraya mengucapkan, "selamat tinggal ibu, selamat jalan, hati-hati dijalan, jangan fikirkan kami yang ibu tinggalkan, insyaAllah kami akan baik-baik saja, terimakasih untuk air susu yang telah kami minum ibu, semoga tiap tetesnya dapat menjadi butir mutiara disurga firdaus tempat ibu tinggal nanti"


kini saatnya aku membawa ibu pulang kerumah, segala urusan administrasi diselesaikan oleh kakak laki-lakiku, sementara aku mengemasi pakaian yang terumpuk di lemari rumah sakit. di bantu oleh para calon perawat (yang sekarang menjadi kakak angkatku) ibu diantarkan menuju ambulance untuk kemudian pulang ke Kota Bukittinggi. kakak-kakak calon perawat itu meneteskan air mata, padahal mereka (sejatinya) bukanlah siapa-siapa, tapi kenapa mereka juga ikut bersedih ? mungkin silaturrahmi yang terjalin selama satu bulan ini membuat mereka menyayangi ibu, dan tak kuasa menahan tangis saat mengantar kepergian ibu.


ambulance pun berangkat setelah salat zuhur...
2 jam kemudian kami tiba dirumah, tak kusangka... seluruh sanak famili, teman-teman ku, teman-teman abangku, juga teman-teman orangtuaku telah hadir menantikan kedatangan kami, mereka semua haru bersimbah air mata...

aku turun dan sontak mereka memelukku dengan eratnya...
kakak ibuku histeris, karena hanya beliau sekarang yang paling tua di keluarga besarku...


lalu ibu dimandikan dan kemudian disholatkan. setelah itu keranda mayatpun ibu tiduri, dan aku memikulnya dibagian kanan depan. kaki yang goyah ku paksa untuk terus berjalan mengantarkan kepergian ibu. mata yang sayu (karna tidak tidur) ku paksa untuk trus terbuka agar dapat mengantarkan kepergian ibu. badan yang menggigil kedinginan, ku paksa untuk terus tegap agar ku bisa mengantarkan kepergian ibu. ku kerahkan seluruh tenaga yang tersisa untuk mengantarkan ibu ketempat peristirahatannya yang terakhir.


aku menyaksikan dengan jelas saat2 dimana ibu perlahan masuk kedalam liang lahat yang diantarkan langsung oleh kakak laki-lakiku. minyak melati dan papan pun menyusul untuk menemani tidur ibu. sedikit demi sedikit tanah merah itu dijatuhkan sambil dipadatkan. sampai akhirnya liang itu berubah menjadi sebuah makam.

bunga-bunga ku taburkan untuk menemani ibu, juga minyak melati yang sampai sekarang aku tidak tahu apa guna dari massing-masingnya...

dan akhirnya doa dikirimkan untuk ALMARHUMAH ibuku...


semuanya selesai ???
belum !!!

sebenarnya ini semua baru dimulai !!!
kehidupan yang sebenarnya baru saja ku hadapi !




untuk kalian teman-teman yang masih mempunyai orang tua... sayangilah beliau... janganlah kalian menyakiti hati beliau... janganlah kalian menorehkan luka dibhatin beliau...
karena suatu saat nanti kalian pasti merasakan...

betapa berharganya tiap waktu dan senyuman saat kalian bersama dengan orangtua kalian...




kisah nyata dari penulis ARIF GUNAWAN




soulmate ku ada di sampingku tuk menguatkan jiwa dan ragaku yang rapuh karna ditinggal pergi, kini hanya aku dan my old brother yang tinggal di rumah...